‘Jangan baca sendiri jika merasa diri anda takut’, begitulah
deskripsi dari komik daring berjudul ‘Memedi’. ‘Memedi’ adalah istilah bahasa Jawa
yang biasa digunakan untuk menyebut ‘makhluk halus’ atau ‘hantu’. Komik horror
karya Endario (atau Endar Novianto, nama yang sering ia pakai di beberapa komik
cetaknya) ini telah berhasil mengumpulkan 5,8K subscriber di LINE Webtoon
Challenge dengan 5 episode komik (atau 4 episode!?).
Komik Memedi tayang pertama kali pada tanggal 6 Agustus
2016 dan terakhir diperbarui pada tanggal 16 Mei 2017. Umpatan seorang pengendara
motor di malam hari, membuka tabir komik ‘Memedi’ kepada pembaca mengenai
kisah-kisah mistis yang mengundang rasa keingintahuan di luar nalar. Benar-benar
di luar nalar komik horror pada umumnya! Masa sih? Check this out!
Tokoh utama komik Memedi: Episode 1
(Sumber Gambar: Line Webtoon Challenge. Memedi. 2019)
Kekuatannya? Komik ini memiliki kelebihan yakni cara
bertutur yang rapi. Banyak ditemui panel-panel beradegan dinamis di tiap episodenya,
hal tersebut menandakan sang kreator memiliki skill bercerita yang baik melalui
media komik. Terus apanya yang di luar nalar dari komik ‘Memedi’? Komik ini
meninggalkan ‘pakem’ untuk menakuti para pembaca dengan ‘jump scare’ adegan ‘wajah
rusak’ atau ‘ruangan berlumuran darah’ dan semacamnya. Ya, rasa takut yang dimunculkan
komik ‘Memedi’ bersumber dari permainan adegan. Dan itu cukup menarik, apalagi
adegan kemunculan setan perempuan di episode 2.
Secara rupa komik ini juga
cukup bagus. Goresan yang sederhana serta pemilihan warna di komik ‘Memedi’ sudah berhasil mengantarkan pembaca ke dimensi horor yang berbeda. Gokil bets, Mas
Endario! Tempo berkomiknya sangat asyik! Dan hal tersebut diamini oleh komentar
para subscriber yang kecanduan di tiap akhir episodenya!
Salah satu adegan horror yang anti mainstream
(Sumber Gambar: Line Webtoon Challenge. Memedi. 2019)
Kelemahannya? Hal yang cukup mengganggu dari komik ini
adalah beberapa plot cerita yang membingungkan. Misalnya di episode Memedi
Sendu, cerita dan tempo berjalan naik dengan sangat bagus, namun menjelang episode
ini berakhir, pembaca disuguhkan sebuah titik puncak adegan yang kurang jelas. Open
ending itu bagus, namun ‘ending yang terlalu open’ juga kurang baik.
Hal lain yang menarik perhatian
ialah, minimnya balon kata. Di sepanjang episode semua obrolan dilakukan dengan
teks terbuka, tanpa adanya penanda dan pembatas, memunculkan pertanyaan ‘Apakah
obrolan itu diucapkan? Dibatin’, ‘obrolan itu diucapkan oleh siapa’ atau ‘kenapa
hanya pakai satu jenis huruf’. Dan satu lagi, bab 5 sangat menyebalkan. Please don’t
do that again to your reader :’(
Walau goresannya sederhana, komik ini memiliki sudut gambar yang komplit.
(Sumber Gambar: Line Webtoon Challenge. Memedi. 2019)
Peluangnya? Secara keseluruhan komik ‘Memedi’ sangat
menyenangkan untuk dibaca. Cerita misteri selalu menjadi primadona di semua
lapisan masyarakat. Pemilihan genre yang tepat adalah kekuatan mutlak (setelah
karya yang bagus, tentu saja) untuk mendapatkan banyak penggemar. Permasalahan soal
titik puncak adegan yang kurang jelas, bisa diatasi dengan penulisan naskah
yang rapi, dimasak berulang-ulang, lalu dipanaskan kesekian kalinya menggunakan
storyboard. Jika ingin dibuat ‘open ending’, setidaknya sudah diperkirakan ada
berapa saja endingnya. Jangan terlalu banyak, kasihan pembaca yang tidak
memiliki cukup banyak asupan nutrisi untuk menebak semua alternatif plot ending.
Salah satu tokoh tanpa nama yang kisahnya menggantung di bab 4
(Sumber Gambar: Line Webtoon Challenge. Memedi. 2019)
Jika dirasa menggunakan ‘balon kata’ mengganggu, setidaknya berilah penanda
yang jelas, entah itu hanya sekedar perbadaan warna, perbedaan jenis huruf atau
anak panah. Komik Memedi sudah memiliki konten yang menarik, pembaca yang
loyal, dan tentu saja subcriber yang lumayan, yakin gak mau dilanjutin? Hehehe
Mau membaca komik ‘Memedi’?
Silahkan main ke tautan ini: Memedi
Ingin komik/webtoon/ karya kamu direview? Silahkan kirim tautan karya kamu di kolom komentar.
atau mensien saja pemilik website ini di:
Facebook: Mujiyono Sutarno
Sampai jumpa di review karya selanjutnya
Mujix
Simo, 20 April 2019
0 comments:
Post a Comment